Minggu, 14 Maret 2010

Masih Syaharie dan Nusyirwan
Dari sejumlah nama yang muncul, Syaharie Jaang dan Nusyirwan Ismail masih yang tertinggi berdasarkan selera pasar.

SUDUT-sudut jalan di Kota Samarinda seperti tak pernah sepi dengan baliho politik. Lepas pesta demokrasi Pemilu dan Pilpres yang hiruk pikuk dengan berbagai macam baliho para calon legislatif dan calon presiden, kini berganti dengan baliho calon Walikota Samarinda.

Maklum, pesta Pilkada tinggal setahun lagi. Yakni September 2010, masyarakat di kota itu melaksanakan pemilihan walikota dan wakilnya. Waktu setahun terasa pendek bagi para politisi yang ingin merebut hati rakyat.

Nama-nama yang ingin maju mencalonkan diri sudah mulai tampak. Tapi dari banyak nama yang muncul, menurut data LSI (level survey institute) Kaltim, baru dua nama yang terekam di hati masyarakat. Kedua nama itu adalah Syaharie Jaang (Wakil Walikota Samarinda) dan Nusyirwan Ismail (Kepala Badan Perizinan Penanaman Modal Daerah Kaltim). ”Kami melakukan depth interview kepada sejumlah tokoh masyarakat di Samarinda, sementara yang kuat terekam di hati masyarakat adalah dua nama itu,” kata Abrianto Amin, Direktur Utama LSI Kaltim.

Selain dua nama di atas, ada nama-nama lain seperti Awang Ferdian Hidayat (anggota DPD terpilih) dan Hadi Mulyadi (Ketua PKS Kaltim). Tapi setelah Awang Ferdian yang anak Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak terlihat lebih intens mencalonkan menjadi Bupati Kukar, namanya mulai ditinggalkan.

Menyusul kemudian Andi Harun (Partai Patriot) dan Ipong Muchlissoni (pengusaha). Hanya saja kalau dipersentasikan baru di bawah 5 persen. ”Tapi bukan berarti mereka tidak punya harapan untuk menjadi walikota. Waktu yang tersisa setahun ini masih cukup waktu untuk menaikkan popularitas,” ungkap Abrianto.

Syaharie Jaang sudah aman dari sisi partai politik yang bakal menjadi perahu pengusungnya. Selain dari partainya sendiri (Pelopor) yang punya satu kursi di DPRD Samarinda, ia mendapat sokongan Partai Demokrat yang punya 6 kursi. Dengan jumlah 7 kursi itu, koalisi partai sudah bisa mengusung calon sendiri.

Sebagai Wakil Walikota Samarinda, Syaharie Jaang lebih leluasa untuk melakukan sosialisasi. Karena tugas-tugasnya juga mewajibkan berhubungan langsung dengan masyarakat, maka ia menjadi paling populer dibanding bakal calon lainnya. Ia juga punya ’armada’ di lingkungan pemerintahan sampai ke tingkat kelurahan yang berpotensi mudah dimobilisasi untuk mendukungnya. Apalagi Achmad Amins sebagai Walikota Samarinda mendukungnya penuh.

Tinggal Nusyirwan Ismail yang belum jelas bakal diusung partai apa. Yang pasti ketika Partai Golkar membuka pendaftaran calon walikota dan wakil walikota, pekan tadi, Nusyirwan ikut mengambil formulir. Di samping itu beberapa partai konon sudah mendekat seperti PAN (Partai Amanat Nasional) dan PDI Perjuangan.

Hebatnya, nama Nusyirwan meroket tanpa adanya gerakan yang jor-joran. Ia masih kalem-kalem saja melakukan pertemuan-pertemuan dengan warga di sela kesibukannya sebagai pejabat Pemprov Kaltim. Seperti halnya Syaharie Jaang yang telah punya tim sukses, cucu dari tokoh Samarinda Haji Darjat itu juga sudah membentuk tim untuk menjalankan aktifitas politik.

”Saya punya strategi sendiri,” ungkap Nusyirwan kepada BONGKAR! tentang kepastiannya maju sebagai calon Walikota Samarinda.

Beberapa waktu lalu, Ketua PKS (Partai Keadilan Sejahtera) Kaltim Hadi Mulyadi telah memberi sinyal kepada Nusyirwan agar datang ’mengetuk’ pintu partai itu. Bahkan Hadi secara terang-terangan bersedia disandingkan sebagai wakilnya. Hanya saja belum terlihat ada respon dari Nusyirwan.

Secara popularitas Nusyirwan yang telah membuat tagline Nusa Kesuma (Nusyirwan Kerukunan, Kesetaraan, Kesempatan untuk Semua), termasuk tinggi. Setidaknya daya ingat publik masih ada karena ia pernah mencalonkan menjadi Gubernur Kaltim berpasangan dengan Heru Bambang. Sebagai Cagub fotonya terpampang di kertas suara yang dicoblos dan contreng tiap pemilih waktu itu.

Di Samarinda, perolehan suaranya juga waktu itu cukup meyakinkan. Karena ternyata Nusyirwan disukai oleh basis massa tertentu selain dari etnis Banjar. Diduga basis massa ini yang bakal menjadi modalnya karena termasuk fanatis.

”Pak Nusyirwan sudah bergerak, hanya saja tidak seperti calon kandidat lain yang menonjolkan alat peraga,” ujar sebuah sumber dekatnya.

Ia cenderung memilih melakukan ”operasi senyap”, diduga lantaran ada banyak alasan. Yang pertama karena posisinya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tidak mengizinkan untuk terjun ke politik dan kedua belum ada restu dari atasannya, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak. Tentang anggapan itu, Nusyirwan tak memberikan jawaban pastinya kecuali mengakui memang sudah ada persiapan dan gerakan-gerakan itu. *ch siahaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar